A. DEFINSI
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M.
Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian
bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru
melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi
primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium
tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm
dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
C. PROSES PENULARAN
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni
penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu
terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan
3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet
nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari
langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab
dapat bertahan sampai beberapa jam.
E. PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman microbakterium
tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka
pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau
paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari
pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
F. MANIFESTASI KLINIS
- Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
- Sesak napas dan nyeri dada
- Badan lemah, kurang enak badan
- Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun (Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly)
G. JENIS-JENIS PENYAKIT TBC
Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2
golongan besar,yaitu :
1. TB paru ( TB pada organ
patu-paru )
2. TB ekstra paru (TB pada
organ tubuh selain paru )
a. Tuberkulosis milier
b. Tuberkulosis sistem saraf
pusat ( TB neningitis )
c. Tuberkulosis empyem dan
Bronchopleural fistula
d. Tuberkulosis Pericarditis
e. Tuberkulosis Skelet /
Tulang
f. Tuberkulosis
Benitourinary / Saluran Kemih
g. Tuberkulosis Peritonitis
h. Tuberkulosis
Gastriontestinal (Organ Cerna)
i. Tuberkulosis
Iymphadenitis
j. Tuberkulosis Catan
/ Kulit
k. Tuberkulosis Laringitis
l. Tuberkulosis Otitis
H. KOMPLIKASI
1. Pembesaran kelenjar
sevikalis yang superfisial
2. Pleuritis tuberkulosa
3. Efusi pleura
4. Tuberkulosa milier
5. Meningitis tuberkulosa
I. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Kultur Sputum adalah
Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2. Tes Tuberkalin adalah
Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3. Poto Thorak adalah
Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan,
berupa cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.
4. Bronchografi adalah untuk
melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5. Darah adalah peningkatan
leukosit dan laju Endap darah (LED)
6. Spirometri adalah
Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
J. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat
yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat
rifampisin / INH.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan
nafas pasien
Mengeluarkan sekret
tanpa bantuan
Intervensi :
Kaji fungsi pernapasan
contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori
Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya
emoptisis
Berikan pasien posisi
semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Bersihkan sekret dari
mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat-obatan
Rasionalisasi :
Penurunan bunyi napas
dapat menunjukkan atelektasis
Pengeluaran sulit bila
sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh
kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
Posisi membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
Mencegah obstruksi /
aspirasi
2. Pertukaran gas, kerusakan
dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
BB meningkat
Intervensi :
Catat status nutrisi
pasien
Pastikan pola diet
biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
Berikan makanan
sedikit tapi sering
Anjurkan keluarga
klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra
indikasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi
Rasionalisasi :
Berguna dalam
mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
Pertimbangan keinginan
dapat memperbaiki masukan diet
Memaksimalkan masukan
nutrisi tanpa kelemahan
Membantu memenuhi
kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan
mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan tidak
akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman
proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien
untuk belajar
Identifikasi gejala
yang harus dilaporkan ke perawat
Berikan instruksi dan
informasi tertulis
Anjurkan klien untuk
tidak merokok
Kaji bagaimana TB
ditularkan
Rasionalisasi :
Belajar tergantung
pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
Dapat menunjukkan
kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi
lanjut
Infomasi tertulis
menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
Meskipun merokok tidak
merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya
infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen.
Kriteria hasil :
Menurunkan resiko
penyebaran infeksi
Intervensi :
Kaji patologi penyakit
Identifikasi orang
lain yang berisiko
Anjurkan pasien untuk
batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
Kaji tindakan kontrol
infeksi
Awasi suhu sesuai
indikasi
Kolaborasi dengan tim
medis
Rasionalisasi :
Membantu pasien
menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
Orang-orang yang
terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
Dapat membantu
menurunkan rasa terisolasi pasien
Reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut
Membantu mengidentifikasi
lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
0 Comments