Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

KONSEP DASAR PERSALINAN (PARTUS)

Konsep Persalinan Normal
Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000 : 291).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).

Fisiologis Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan:

Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia kehamilan 30-60 minggu sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesteron.

Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama.

Teori Keregangan Otot Rahim
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin meningkat.

Teori Janin
Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya.

Teori Prostaglandin
Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk melakukan “hidrolisis gliserofosfolofid” sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave.
Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi bila diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra vaginal. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya persalinan merupakan proses yang kompleks dan paling dominant, tetapi merupakan inisiasi pertama yang masih belum diketahui dengan pasti.

Tanda Menjelang Persalinan
Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut lightening
Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan kandung kemih.
Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
Pada Pemeriksaan : Tinggi fundus uteri semakin turun; Serviks uteri mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan

Braxton Hicks Kontrasepsi makin frekuen :
Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit
Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai muncul.
Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen dan persalinan dapat dimulai.

Tanda Mulai Persalinan
Timbulnya his persalinan dengan ciri :
Fundul dominant
Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek
Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang
Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa perlunakan dan pembukaan
Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah
(Manuaba, 2007 : 314).

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.

Tanda dan Gejala Inpartu termasuk :
Penipisan dan pembukaan serviks
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
(Waspodo, 2007 : 37).

Berlangsungnya Persalinan Normal
Persalinan dibagi menjadi 4 kala:

Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :

Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
1. Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
2. Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

Kala II
Pengertian Kala II
Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Waspodo, 2007 : 75).

Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah :
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
Perineum menonjol
Vulva vagina dan sfingter ani membuka
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
Pembukaan serviks telah lengkap
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Oleh karena biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar. Perineum menonjol menjadi lebih besar dan anus membuka. Labia membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih berelaksasi kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan mengejan maksimal kepala lahir dengan suboksiput dibawah simphisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primgravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Kala III berlangsung sampai 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan.

Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Harus diperharikan 7 pokok penting 1) Kontraksi uterus harus bagus; 2) Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya; 3) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap; 4) Kandung kencing harus kosong; 5) Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma; 6) Bayi dalam keadaan baik; 7) Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik.

Penatalaksanaan Persalinan Normal
Anamnesa
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi :
1. Nama, umur, dan alamat
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obat tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain)
8. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrum bagian atas)

Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uterus
2. Memantau kontraksi usus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin

Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :
1. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2. Keadaan serta pembukaan serviks
3. Kapasitas panggul
4. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6. Pecah tidaknya ketuban
7. Presentasi kepada janin
8. Turunnya kepala dalam ruang panggul
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung (Prawirohardjo, 2006 : 193)

Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007 : 38-44)

Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah dijelaskan- yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul.

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm).

Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

Didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya (Prawirohardjo, 2006:188-190).

Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus (Fraser, 2009 : 432).

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Azwar, Azrul. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK – KR.
3. Affandi, Biran. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal Bersih dan Aman. Jakarta : JNPK – KR.
4. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
5. Budiarto, S. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
6. Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
7. Coad, Jane. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC.
8. Cunningham, Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
9. Fraser, Diane M. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
10. Heffner, J Linda. 2006. At a Gland Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga
11. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
12. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
13. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
14. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
15. Nursalam. 2006. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
16. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
17. Pearce, C. Evelyn. 2008. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
18. Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
19. Simkin, Penny. 2007. Edisi Revisi Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta: Arcan.
20. Shelov P, Steven. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta : Arcan.
21. Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Patologi Obstetri. Jakarta: EGC.
22. Suradi, Ruslina. 2003. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
23. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.
24. Tucker, Susan Martin. 2004. Seri Pedoman Praktis Pemantauan Dan Pengkajian Janin. Jakarta: EGC.
25. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Yeyeh, Ai. 2009. Asuh

Minggu, 18 April 2010
DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN (PEMANTAUAN PARTOGRAF)
20.10 Diposkan oleh Bidan Febri

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.

BIDAN HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
1. DJJ
2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Kegunaan utama dari patograf adalah :
1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
3. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu penolong persalinan untuk :
a. mencatat kemajuan persalinan.
b. mencatat kondisi ibu dan janinnya.
c. mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d. menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
e. menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Halaman depan partograf mencantumkan :
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Partograf harus digunakan :
a. untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran )

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Pencatatan selama fase laten persalinan.
Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh pembukaan servik
a. Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
b. Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.

Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus dicatat.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
a. Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
b. Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
c. Nadi : setiap ½ jam.
d. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e. Penurunan : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
g. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekwensi kontraksi.

Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )
1. informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin.

Denyut jantung janin.
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.

Warna dan adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.

Gunakan lambang-lambang berikut ini :
a. U : Ketuban utuh ( belum pecah )
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )


Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin < 100 atau < 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.

Molase ( penyusupan kepala janin )
Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidak mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.

Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Kemajuan Persalinan.
Pembukaan Servik. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ’ X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan tanda ’ X ’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus )

Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik. Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda ”O” dinomer 4, hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus.

Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan selam faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika pembukaan ervik mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1 cm/jam ), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll ). Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan servik berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan Waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan . Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )

Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan makin lama, makin sering dan semakin sakit.
1. Mengamati his. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah jam dalam fase aktif.

Yang harus diamati adalah :
a. frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
b. lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai hilang.
2. Mencatat his pada partograf : Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf, yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir.

Ada 3 cara mengarsir :
1. < 20 detik ( berupa titik-titik) 2. 20-40 detik (garis miring/arsiran) 3. > 40 detik ( dihitamkan penuh).

Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.

Kesehatan dan kenyamanan ibu
Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan. (lebih sering jira dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang sesuai (.)
b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalian (lebih sering jira dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :
c. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan cataat temperatur tubuh dalam kotakyang sesuai.
Volume urine, protein, aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jira memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya saetón atau proten dalam urine.

Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :
• Jumlah cairan peroral yang diberikan.
• Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
• Persiapan sebelum melakukan rujukan.
• Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf.
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.
f. Kala IV.

sumber
a. Cunningham, F.Gary et.Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta: EGC; 2006.
b. POGI- JNPKKR. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI; 2005
c. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC; 1998
d. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
e. Varney, Helen. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC; 1997.
f. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002

Post a Comment

0 Comments

1