Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

LP Ansietas

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ansietasi adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencan yang mengancam dan tidak terelakan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal.
(http://fkui.org/tiki-download_wiki_attachment.php?)
Ansietas adalah perasaan yang dialami seseorang, ketika orang tersebut terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi di masa depan yang tidak bisa dia kendalikan dan yang jika itu terjadi, akan dinilai sebagai hal yang “mengerikan”.
(http://fkui.org/tiki-download_wiki_attachment.php?)
Ansietas atau cemas merupakan rekasi emosional terhadap penilaian dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas berbeda dengan tekut. Takut adalah penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan sumber dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya dapat menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif.
(Stuart, 1998)

B. Etiologi
Ansietasi primer disebut gangguan ansietas umumn, sedangkan ansietas sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau timbl dari depresi. Ansietas patologis ditunjukkan dengan gejala-gejala dan tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari. Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasi dan obsesif kompulsif.
Penyebab ansietas harus selalu dicari, untuk itu diperlukan anamnesis yang lengkap dan jelas seperti : asal timbulnya gejala, matriks interpersonal dan matriks sosial bermulanya gejala.
Sebab-sebab ansietas antara lain :
1. Ketakukan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagaln-kegagalan yang bertubi-tubi
2. Represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna (incomplete repress)
3. Ada kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang
4. Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat sehingga mengakibatkan banyak konflik batin
5. Kesakitan fisik juga dapat menyebabkan ansietas, misal sekarat mendekati kematian
(http://fkui.org/tiki-download_wiki_attachment.php?)

C. Epidemiologi
Karena ansietas dapat terjadi pada siapa saja dan merupakan gangguan personal, epidemiologi penyakit ini sangat tidak pasti dan sulit diklasifikasikan. Frekuensi ansietas akan meningkat dengan bertambahnya usia dan seringkali terlihat pada mereka yang menderita penyakit fisik kronis. Diantara penderita yang menderita kematian, lebih dari 25% meneluhkan sering mengalami ansietas yang menekan. Ansietas lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria (2:1)
(http://fkui.org/tiki-download_wiki_attachment.php?)

D. Manifestasi Klinis
Gangguan ini ditandai dengan adanya ansietas yang dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebnarnya pada sata kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya, obyek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasana terancam. Pada pasien yang mengalami ansietas, dapat kita lihat gambaran klinis antara lain :
1. Kecemasan, takut dan tidak berani menghadapi satu obyek yang belum konkrit, misalnya
2. Disertai emosi-emosi yang kuat dan tidak stabil, suka marah dan sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak
3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, dilusi, ilusi dan delusin of persecution (dilusi dikejar-kejar)
4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan merasa sangat lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan sering menderita diare atau mimisan
5. Selalu dipenuhi ketegangan-ketegangan emosional dan bayangan-bayangan kesulitan yang imaginer (khayalan), walaupun tidak ada rangsangan penyebab ketegangan, ketakutan dan kecemasan yang kronis itu menyebabkan tekanan jantung yang sangat cepat

E. Gambaran Klinis
Ditinjau dari aspek klinis dikenal 5 jenis gangguan ansietas : gangguan panik, gangguan fobik, gangguan ansietas menyeluruh, obsesif-kompulsif dan stress paska trauma. Ansietas dapat timbul primer disebut gangguan ansietas umum, sedangkan ansietas sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau timbul dari depresi. Ansietas patologis ditunjukkan dengan gejala-gejala dan tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari.
Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala panik historia, fobia, sematisasi, hipokondriasis, dan obsesif kompulsif. Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah, takut mati, takut menjadi gila, yang mana perasaan tersebut mempengaruhi hampir diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu dijumpai pola keluhan atau gejala-gejala fisik atau fisiologis tubuh. Untuk lebih jelasnya gejala-gejala sematik dari ansietas dapat dilihat dari table berikut :


Tabel 1. Gejala-gejala somatik ansietas
Gejala
Palpitasi
Sesak napas
Nyeri dada
Nyeri kepala
Parastesia
Gemetar
Lesu
Berkeringat
Semu merah
Mulut kering
Seirng kencing Mekanisme
Takikardia
Takipnea
Ketegangan otot interkostal
Ketegangan otot frontal
Hiperventilasi
Tremor meningkat
Ketegangan otot yang meningkat
Peningkatan aktivitas kelenjar keringat
Ketidakstabilan vasometer
Salivasi berkurang
Peningkatan tonus kandung kemih

Gejala-gejala notural ansietas masih minim, sehingga masih sulit dalam memutuskan perbedaan antara keadan ansietas normal atau abnormal. Dalam beberapa hal kriteria-kriteria seperti tabel diataspun menjadi sulit untuk diterapkan secara mutlak pada penderita atau pasien, sehingga diperlukan diagnosa lebih lanjut untuk mengetahui bahwa pasien memang mengalami gangguan ansietas secara patologis (http://fkui.org/tiki-download-wiki-attachment.php?)

F. Terapi
Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi sederhana snagat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.


1. Terapi psikologis
Penyuluhann psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan psikoloterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.
Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatrik, namun seharusnya dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi. Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadaranya dan selalu memberikan harapan sebuah kejelasan dan informasi mengenai kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada pasien bahwa mereka benar-benar dipedulikan dan dirawat.
Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan mampu membantu pasien dalam mengurangi beban psikisnya.
2. Terapi religi
Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri.
Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita, dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara individual tanpa seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari penderita.
3. Terapi farmakologi
Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi ansietas, dan masing-masing obat mmeiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri.
Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah benzodiazepine (BDPS). Adapun beberapa jenis obat yang lazim digunakan adalah :
a. Diazepam
b. Lorazepam
c. Alprazolam
d. Propanolol
e. Amitriptilin
Penghentian suatu komsumsi zat tertentu juga dapat membantu mengurangi ansietas, biasnaya penggunaan beberapa zat yang mengandung analgesik dan alkohol yang mana telah disinggung diatas tadi, bahwa konsumsi zat-zat tersebut sebenarnya merupakan sebuah pelarian dari gejala-gejala ansietas namun pada akhirnya pada situasi tertentu, penghentian zat –zat tersebut malah menjadi bagian yang penting untuk program manajemen ansietas. Karena ketergantungan terhadap zat-zat tersebut dapat memicu timbulnya ansietas yang lebih, meskipun pada awal penggunaannya terasa membantu meringankan gejala-gejala ansietas penderita (http://fkui.org/tiki-download_wiki_attachment.php?)

G. Rentang Respon Ansietas
Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif seperti terlihat pada gambar :
Respon adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

H. Tingkat Ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam empat tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari . pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dann waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang saat ibu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan
4. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.



I. Pengakajian
1. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Id melambang dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan pendakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan hasil frutasi daris egala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa skait. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannnya dihadapan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga

e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dapat diklasifikasi dalam dua jenis :
a. Ancaman terhadap integritas biologik
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab ansietas.
b. Ancaman terhadap rasa aman
Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri meliputi; (1) tidak tercapainya harapan, (2) tidak terpenuhinya kebutuhan akan status, (3) rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan perilaku, (4) tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
3. Pengkajian pada ansietas juga dilakukan pada tigas aspek yaitu :
a. Aspek fisiologis
Observasi status fisiologi klien dilakukan dengan mengidentifikasi respon sistem saraf otonom, khususnya saraf simpatik. Klien dengan ansietas mungkin terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, susah bernafas, rasa tercekik, mulut kering, rasa kembung pada perut dan nyeri, berkeringat pada telapak tangan dan tremor. Pada pemeriksaan laboratorium menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Aspek kognitif
Pengkajian pada fungsi kognitif mungkin didapatkan : susah untuk berkonsentrasi menurunnya lapang persepsi, kurang perhatian terhadap hal yang kecil atau susahnya untuk memfokuskan pikiran. Pada tingkat ansietas ditentukan oleh luasnya gangguan pada fungsi kognitif
c. Aspek emosi atau perilaku
Gangguan pada aspek emosi atau perilaku antara lain : mduah tersinggung, marah, menarik diri, merasa tidak berdaya, dan mudah menangis. Pengkajian pada reaksi afektif didapatkan dari keluhan klien. Klien mungkin menceritakan bahwa dirinya merasa gugup yang luar biasa, tegang, ketakutan dan bingung (Swuart, 1998).

K. Diagnosa Keperawatan Utama
Ansietas

L. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Ansietas Tingkat Sedang
Hasil yang diharapkan : Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stres
No Tujuan Tindakan Keperawatan
1

2

Klien dapat menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya


Klien dapat mengenal ansietasnya 1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif
2. Beri waktu yang cukup pada klein untuk berespon
3. Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya
4. Identifikasi yang dapat menilbulkan perasaan negatif
5. Bersama klien menggali perilaku dan respons sehingga dapat berlajar dan berkembang

1. Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2. Hubungan perilaku klien dengan perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konfrontasi positif




Diagnosa keperawatan : Ansietas Tingkat Berat atau panik
Hasil yang diharapkan : Klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang/ringan
No Tujuan Tindakan Keperawatan
1


2 Klien dapat membina hubungan saling percaya dan terhindar dari bahaya


Klien dapat mengidentifikasi dan berusaha menurunkan situasi yang dapat menimbulkan ansietas 1. Temani klien
2. Perkenalkan diri perawat
3. Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya
4. Bersikap terbuka
5. Selalu siap menemani klien
6. Langsung jawab pertanyaan klien
7. Terima perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan ansietasnya

1. Tunjukkan sikap yang tenang
2. Ciptakan situasi lingkungan yang tenang
3. Batasi interaksi klien dengan lingkungan untuk mengurangi rangsangan yang dapat menimbulkan ansietas
4. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan tidak berdaya
5. Berikan bantuan terapi fisik seperti mandi hangat dan pijat







Strategi Pelaksanaan
1. SP 1 pasien : Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
a. Orientasi
1) Perawat memberikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menanyakan dan memanggil klien dengan nama kesukaan
3) Menanyakan perasaan klien
4) Kontak kegiatan
b. Kerja
1) Menanyakan kemampuan yang masih dapat dimiliki
2) Memberikan pujian
3) Perawat membantu pasien membuat daftar kegiatan
4) Menanyakan kemampuan rumah tangga yang biasa dilakukan
5) Menanyakan kegiatan mana saja dari kemampuan rumah tangga yang masih dapat dilakukan di rumah sakit
6) Pasien memilih salah satu kegiatan untuk dilaksanakan di rumah sakit
7) Pasien diminta untuk mempraktekkan kegiatan yang telah dipilih dibantu ole perawat
8) Memberi pujian jika pasien berhasil melakukannya
c. Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien
2) Perawat membantu pasien untuk memasukkan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit ke dalam jadwal harian
3) Kontrak yang akan datang
4) Salam perpisahan

2. SP 2 pasien : Mmebantu pasien mengenal ansietas
a. Orientasi
1) Perawat memberikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menanyakan dan memanggil klien dengan nama kesukaan
3) Menanyakan perasaan klien
4) Kontak kegiatan
b. Kerja
1) Menanyakan ansietas yang dialami klien
2) Menanyakan kapan anseitas muncul
3) Menanyakan perasaan klien saat ansietas muncul
4) Menanyakan tindakan klien apabila ansietas muncul
5) Menjelaskan cara mencegah ansietas
6) Meminta pasien memperagakan ulang cara mencegah ansietas
7) Memberikan pujian kepada klien apabila berhasil memperagakan ulang
c. Terminasi
1) Evluasi
2) Rencana tindak lanjut
3) Kontrak

Strategi Pelaksanaan
1. SP 1 Keluarga : Penkes tentang pengertian ansietas, jenis ansietas yang dialami pasien, tanda dan gejala ansietas dan cara merawat pasien ansietas
a. Orientasi
1) Memberi salam dan memperkenalkan diri
2) Menanyakan perasaan keluarga
3) Kontrak keluarga
b. Kerja
1) Menjelaskan pengertian, jenis, tanda dan gejala ansietas
2) Menjelaskan cara-cara merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
3) Demonstrasi yang telah diajarkan perawat untuk mencegah ansietas
c. Terminasi
1) Evaluasi
2) Rencana tindak lanjut
3) Kontrak keluarga


2. SP 2 Keluarga : Melatih praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
a. Orientasi : Salam terapeutik, evaluasi, kontrak
b. Kerja
1) Menyusun keluarga pasien mempraktekkan cara mencegah ansietas langsung dihadapan pasien
2) Memberikan pujian apabila keluarga berhasil melakukan kegiatan
c. Terminasi : Evaluasi, rencana tindakan, kontrak

3. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Orientasi : Salam terapeutik, evaluasi, kontrak
b. Kerja
1) Menjelaskan jadwal yang ada untuk diteruskan di rumah sakit, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obat
2) Memberi tahu keluarga kalau ada kekambuhan berulang untuk pergi ke puskesmas terdekat
c. Terminasi : Evaluasi, perencanaan pulang

Post a Comment

0 Comments

1